Syaichona.net – Pada saat KH. Cholil. Masih kecil, ketika baru mondok ke pesantren Cagaan Bangil. Waktu itu di daerah Bangil mengalami kemarau yang sangat panjang, sehingga masyarakatnya kebingungan untuk mencari air. Sungai, danau dan sumur pun kebanyakan banyak yang surut akibat kemarau yang panjang tersebut.
Begitu juga di komplek pesantren Cagaan Bangil yang diasuh oleh KH. Asyik, pada saat itu air sangat dibutuhkan untuk kebutuhan para santrinya yang cukup banyak. Kemudian KH. Asyik. Menyuruh KH. Cholil yang masih baru mondok. Untuk menggali sumur.
‘’Cholil’’ ucap KH. Asyik terhadap KH. Cholil. “iya kyai.’’ jawab KH. Cholil dengan sopan dan tenang. Sekarang ini musim kemarau sangat panjang, sehingga kesulitan mencari air, bisakah kamu menggali sebuah sumur’’ tutur KH. Asyik. ‘’Insyaallah kyai’’ jawab KH. Cholil dengan taat dan patuh terhadap gurunya meskipun mustahil akan adanya air di musim tersebut.
Dari takdimnya KH. Cholil. langsung mengambil pacul untuk menggali sumur, ia mengawalinya dengan membaca basmalah, tidak lama kira-kira sekitar satu meter kedalamannya, tiba-tiba saja air langsung menyumbar dengan sangat deras, KH. Cholil berhasil menggali sumur tersebut.
Baja juga : Karomah Syaikhona Kholil Bangkalan Shalat Sambil tertawa
: Syakhona Kholil Bangkalan Meneriaki KH. Wahab Chasbullah Macan
: Biokrafi Syaikhona Kholil Bangkalan
para santri dan warga pesantrenpun sangat gembira dengan adanya hal tersebut. Setelah beberapa hari sumur tersebut terdengar oleh masyarakat Cagaan Bangil, mereka pergi ke pesantren untuk memastikan hal tersebut, betapa bahagianya masyarakat ketika hal itu benar kenyataannya.
Sejak itu masyarakat berbondong-bondong untuk mengambil air itu. Meskipun mereka tidak henti-hentinya mengambil air tersebut tidak kehabisan sehingga masyarakat tidak kesusahan untuk mencari air meskipun musim kemarau.
Sumur tersebut masih ada hingga sekarang, masyarakat menjaganya dengan begitu baik, karna sebagai warisan peninggalan dari salah satu karomah ulama’ karismatik, Syaichona Cholil Bangkalan. Mereka menamakan sumur tersebut dengan sumur KH. Cholil.
“““““““
Penulis: FAKHRUL
Editor ; ACH. SHOIM KARIM
Referensi : Surat kepada anjing hitam