Syaichona.net-ketidak butuhanya akan harta, KH. Kholilurrahman yang biasa dikenal Ra lilur, cicit dari guru ulama nusantara Syaikhona Moh Kholil Bangkalan seakan tampak kezuhudannya, beliau berpakaian selayaknya orang pedesaan sehingga ke kiyaiannya tidak tampak, tapi karena beliau adalah orang yang telah dipilih Allah SWT. Sehingga doa-doa beliau mustajab dan mempunyai karomah, beda halnya dengan ketergantungan orang awam terhadap harta seakan tidak bisa lepas membuat mereka sulit untuk beribadah mendekatkan diri pada Allah.
Memang para ulama berbeda pendapat tentang definisi zuhud sendiri, ada yang mengatakan bahwa zahid atau orang yang zuhud, tidak memerlukan dunia atau harta samasekali kecuali hanya sekedar kebutuhannya untuk ibadah, dikisahkan bahwa KH. Kholilurrahman pernah diberi sebuah mobil oleh seseorang yang kaya, namun ditolak dengan halus oleh beliau dengan berkata “saya tidak bisa nyetir mobil”.
Adapula yang berpendapat bahwasanya Zuhud tergantung kecondongan hati orang tersebut, apabila hatinya masih ada hubungan dengan dunia atau harta, maka dia tidak termasuk ke kategori Zahid, sedangkan hati yang tidak berhubungan dengan dunia dialah yang dinamakan Zahid, banyak para pemuka waliyulloh yang mempunyai sifat zuhud meski dia kaya.
Seperti Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, Al-Kisah dulu ketika beliau lagi enak makan daging ayam, ada seorang yang sedang menyambangi putranya yang mondok berguman dalam hatinya “ wah syaikh kok makannya lahap banget enak lagi, sedangkan para santrinya sengsara” karena kewaliannya beliau mengetahui isi hati orang tersebut seraya berkata memang aku latih mereka untuk berriyadloh” tidak lama dari itu beliau berkata pada tulang belulang ayam yang telah beliau makan “hey tulang bangun dan hiduplah seperti sedia kala dengan izin allah” melihat kejadian itu orang tersebut terkagum “ jika anakmu bisa seperti apa yang kamu lihat maka tidak apa-apa makan enak” pungkas beliau.
Bukan hanya itu, untuk mencapai makom zuhud tidaklah gampang, masih ada riadloh yang harus dilalui, maka dari itu para wali mempunyai banyak karomah, ya wajar jika dilihat bagaimana beliau menjalani hidupnya dengan perjuangan dalam berriyadloh, tapi banyak orang yang meninjaunya dari karomahnya saja atau setelah menjadi wali, sehingga dikala mereka melihat seorang wali melakukan hal-hal yang sedikit berbeda dari syariat mereka berpikiran yang aneh-aneh.
Ulamak mengatakan
“من رأى واليا باوله فهو صديق و من رأى في اخره فهو زنديق”
Artinya: barang siapa melihat para wali dari awal (perjalanan ryadlahnya) maka dia termasuk shiddik, dan barang siapa yang hanya melihat ujungnya maka dia termasuk kafir zindik.
Makolah di atas bisa juga diartikan agar kita tidak berburuk sangka pada semua orang bisa jadi orang itu termasuk waliyullah karena:
“لايعرف الوالي الا الله”
Penulis: Fachrun As
Editor: KAFA